Sabtu, 04 September 2021

Bersyukur

Manusia memang tak mudah menjauhi tabiatnya, selalu fokus pada yang kurang dan lupa bersyukur pada yang lebih. Terutama aku, manusia yang penuh alfa. Tak peduli seberapa kuat mencoba, hatiku selalu penuh sesak, memikirkan hal-hal yang belum dapat ku miliki. 

Aku selalu bertanya-tanya, apakah hanya aku yang merasa bersyukur itu kerja keras yang harus selalu diupayakan. Ataukah ada diluar sana, dimana bersyukur bak semudah menghembuskan nafas.

Ya, aku, wanita menjelang usia tiga puluh, yang telah menjalani pernikahan 3 tahun lamanya dan Allah memberikan ujian kesabaran menanti sang buah hati. Ketika kalut dalam penantian, aku senantiasa melupakan segala nikmat yg dianugerahkan-Nya kepadaku. Suami yang begitu sabar, dan begitu mencintaiku, keluarga yang selalu memberikan dukungannya, rezeki, kesehatan, negeri yang damai, rumah yang nyaman, nikmat ibadah.

Kadang kala aku ingin menyerah, padahal Allah memberikanku rahim yang sehat, memberikanku peluang untuk dapat berharap. Dimana diluar sana banyak wanita yang harus merelakan rahimnya untuk diangkat.

Aku lupa bahwa anak adalah titipan yang harus dipertanggungjawabkan, sementara banyak amalan dan ibadah lain yang setimpal nilainya dengan mendidik anak. Mengapa begitu jengkel dan sulit bahagia mendengar kabar kerabat yang dikaruniai anak, apa sebenarnya Ego yang ku perjuangkan ini, apa sebenarnya yang ingin aku raih? Apakah aku layak untuk marah, setelah semua yang Allah berikan untukku?