Senin, 25 Juni 2012

Makna pendewasaan, dulu dan kini

Kedewasaan itu tak serta-merta beriring dengan umur yang makin berjumlah, dan memang begitulah adanya…

Aku tidak mengerti, sempat aku membaca mengenai proses kematangan seseorang, kematangan fisik, maupun kematangan jiwa dalam diri manusia. Tapi bagiku, itu hanyalah proses, proses yang akan kulalui, begitu saja….

Dahulu seperti itulah ku mengira, kehidupan ini, dalam diri ini dengan proses pendewasaannya

Dulu aku bagaikan mati rasa, ataukah dulu aku adalah aku yang pandai bersyukur? hingga semua terasa baik-baik saja, hidup terasa akan lempeng-lempeng saja, hingga nanti…

Memang dalam tiga tahun belakangan, telah banyak perubahan terjadi padaku. Mulai dari pola pikir, prilaku, tujuan, tujuan? Dari mana datangnya tujuan itu, dulu…?

Dulu, jika ku pikir-pikir, aku seperti terarahkan oleh angin, angin yang membawaku pada mereka, yang memberiku warna, dan aku kanvasnya, hanya kanvas putih yang siap ditumpahi cat.  Heran aku dibuatnya…

Duh, bagaimana jika angin membawaku kepada mereka yang mungkin akan memberi warna-warna yang redup, gelap. Meski ku tahu, siapalah lagi yang mampu menentukan arah hembusan angin itu…

Kini, sungguh... aku merasa seperti bayi yang baru membuka matanya pertama kali… tapi apa yang kulihat? Aku melihat diriku, dengan perasaan  yang sedikit pilu dan malu. Apanya yang baik-baik saja?

Sungguh, baru kali ini aku merasa, masih belum apa-apa. Yang tadinya kurasa, semua baik-baik saja, tapi ternyata diri ini tak sebaik yang kusangka, sebelumnya…

Kian hari, ku perhatikan diri ini lekat-lekat. Satu demi satu, kutemukan celah-celah itu. Sebagian telah terisi, tak sedikit yang berisi kekeliruan. “mengapa baru kusadari?”

Setelah itu, apakah timbul sesal?

“tidak!”

Justru, dengan itu semua, akhirnya aku memahami apa itu proses pendewasaan diri.

Justru, dengan itu semua, akan lahir aku yang lebih baik lagi.

Justru, dengan itu semua, aku bersyukur. Mungkin inilah titik balik untukku, merubahnya semampuku, selagi ku diberi-Nya waktu.

Semua ini terasa seperti bebatuan, aku tersandung olehnya kemudian terperosok, lalu timbul luka menganga yang begitu perih. Tapi Ya Rabb, tiap kali perih itu kurasakan, saat itu pula tiap sujudku terasa begitu lekat, nyaman dan syahdu. Deru-derai air mata yang menetes, terasa seperti butir-butir kesejukan melunakkan hati yang kian membeku. Jika memang begitu cara-Mu mencintaiku, aku rela sebanyak apapun luka itu menimpaku. Tapi, jika itu semua adalah teguran dari-Mu karena ke-alfa-an ku. Jangan timbulkan dalam diri ini, selain rasa jera dan rasa cinta yang kian mendalam kepada-Mu. “Ya Rabb yang Maha Pemurah, ampunilah aku, lindungilah aku dari keburukan perbuatanku….”

            

Sedikit evaluasi, seputar "Konsistensi"

satu hal yang cukup penting dan sampai saat ini belum kupunya adalah konsistensi..
ya, cukup dengan melihat blog ini, kalianpun akan tau, sedikit komitmen untuk rutin "melaporkan" hal-hal apa saja yang sudah kulalui dan kudapat secara rutin. tapi nyatanya? coba lihat. rentang waktu terakhir memposting dengan postingan sebelumnya. 

hmm, for your information.. sebenarnya ada beberapa tulisan yang kubuat, tapi karena berisi curhatan yang agak pribadi, akhirnya ku urungkan niat mempost-nya disini. cukup kujadikan arsip di laptop saja. :)
jangankan diblog, akupun juga menetapkan akan rutin membuat reminder, berhubung ingatan yang kinerjanya senin-kamis ini (lebih karena kebiasaan sih hihi), terkadang satu-dua hal terlewatkan jika tidak di list dulu. tapi realitanya? hmm, buku saku-pun lebih sering tertinggal dimana-mana.

Yang paling fatal adalah ketika menetapkan suatu tujuan pada beberapa kali kesempatan, dalam membuat target kuliah misalnya. Karena terlalu disibukkan dengan kegiatan harian, hingga lupa me-maintenance target tersebut. dan eng ing eng...  dua semester terlewati dengan target yang terabaikan. bahaya bukaaan?

Geregetan ya? memang, apalagi yang mengalaminya sendiri hehe
Tapi, bukan Annisa namanya kalau tidak mau terus memperbaiki diri! (eits, bukan maksud sombong kok, hanya sekedar memotivasi diri ;) )  

Tentu bukan hanya aku yang mengalami hal ini, tapi jangan khawatir, bagi kalian yang juga mengidap penyakit ini, se"kronis" apapun pasti bisa disembuhkan kok! ini hanya akibat dari faktor pembiasaan, yakan? 

Dan tau ngga?
.....
Di antara keunggulan suatu amalan dari amalan lainnya adalah amalan yang rutin (kontinu) dilakukan. Amalan yang kontinu –walaupun sedikit- itu akan mengungguli amalan yang tidak rutin –meskipun jumlahnya banyak-. Amalan inilah yang lebih dicintai oleh Allah Ta’ala. Di antara dasar dari hal ini adalah dalil-dalil berikut.
Dari ’Aisyah –radhiyallahu ’anha-, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” ’Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya. (1)
Dari ’Aisyah, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah. Rasul shallallahu ’alaihi wa sallam menjawab,

أَدْوَمُهُ وَإِنْ قَلَّ

Amalan yang rutin (kontinu), walaupun sedikit.”(2)
...
Nah untuk sekedar sharing, sedikit cara-cara yang bakal aku lakukan. insya Allah bisa membantu.
coba deh, 
1.  tempelin reminder gede-gede ditempat-tempat yang biasa kamu singgahin, atau tempat dimana kamu suka menghabiskan waktu disana. misalnya, didepan laptop (di jadiin background dekstop juga gapapa, biar gede!), dimeja belajar, dipintu masuk kamar, dsb. 

2. buat reminder dengan kalimat yang sedikit profokatif. misal: "BELUM TAHAJJUD? GAK KEREN!" , "SUDAH BERAPA HALAMAN BUKU YANG KAMU BACA HARI INI?" atau "SUDAH NGAJI BELUM HARI INI? BELUM? HATI-HATI DITEMENIN SETAN"

Yuk, sama-sama berbenah diri. semoga bermanfaat. :)
(1) HR. Muslim no. 783, Kitab shalat para musafir dan qasharnya, Bab Keutamaan amalan shalat malam yang kontinu dan amalan lainnya.
(2) HR. Muslim no. 782

referensi: http://rumaysho.com/





Senin, 11 Juni 2012

Rajutan Ukhuwah




Hubungan kami seperti rajutan kain
Ia yang mulai membuat ikatannya, bukanlah aku
Karena dahulu aku hanya sehelai benang
yang ragu pada siapa ku akan berpilin
Ia kemudian meliuk-liuk membuat rajutan yang indah
Aku masih menjadi benang yang terdiam
Sesekali merajut walau enggan
Namun Ia tetap sabar dan terus merajutkan dirinya kepadaku
Setelah sekian lama, aku tersadar kan indahnya rajutan itu
Akupun turut merajut bersamanya
Kami berkolaborasi membuat pola yang menawan
Kali ini, jika ia lelah dan menghentikan rajutannya
Akulah yang kemudian terus merajut dan merajut
Terkadang pilinanya kusut….tapi tak membuatnya menjadi tak indah
Rajutan kami yang terjalin nan mempesona, itulah jalinan cinta karena-Nya

 
*for my beloved sista