Kamis, 12 Juli 2012

Dibalik pahitnya penolakan

Bukan hilangnya kesempatan yang membuatnya pahit,
Ia pasti kan datang selagi umur masih diberi-Nya
Namun penolakanlah yang menjadikannya terasa sakit...
ya, sakit...  

mengapa begitu? pasalnya, semua ini terasa bertubi-tubi,
mulai yang berdampak besar hingga yang tak seberapa

lagi-lagi, inilah yang dapat disebut nikmat
mengapa nikmat? karena,
berangkat dari sanalah muhasabah dapat digencarkan
agar terus dan terus ku mengoreksi diri

Subhanallah, walhamdulillah
bagian mana lagi...
yang mana lagi ya Rabb...
cacat-cacat dalam ruhiyah ini yang mesti kuperbaiki?

Senin, 25 Juni 2012

Makna pendewasaan, dulu dan kini

Kedewasaan itu tak serta-merta beriring dengan umur yang makin berjumlah, dan memang begitulah adanya…

Aku tidak mengerti, sempat aku membaca mengenai proses kematangan seseorang, kematangan fisik, maupun kematangan jiwa dalam diri manusia. Tapi bagiku, itu hanyalah proses, proses yang akan kulalui, begitu saja….

Dahulu seperti itulah ku mengira, kehidupan ini, dalam diri ini dengan proses pendewasaannya

Dulu aku bagaikan mati rasa, ataukah dulu aku adalah aku yang pandai bersyukur? hingga semua terasa baik-baik saja, hidup terasa akan lempeng-lempeng saja, hingga nanti…

Memang dalam tiga tahun belakangan, telah banyak perubahan terjadi padaku. Mulai dari pola pikir, prilaku, tujuan, tujuan? Dari mana datangnya tujuan itu, dulu…?

Dulu, jika ku pikir-pikir, aku seperti terarahkan oleh angin, angin yang membawaku pada mereka, yang memberiku warna, dan aku kanvasnya, hanya kanvas putih yang siap ditumpahi cat.  Heran aku dibuatnya…

Duh, bagaimana jika angin membawaku kepada mereka yang mungkin akan memberi warna-warna yang redup, gelap. Meski ku tahu, siapalah lagi yang mampu menentukan arah hembusan angin itu…

Kini, sungguh... aku merasa seperti bayi yang baru membuka matanya pertama kali… tapi apa yang kulihat? Aku melihat diriku, dengan perasaan  yang sedikit pilu dan malu. Apanya yang baik-baik saja?

Sungguh, baru kali ini aku merasa, masih belum apa-apa. Yang tadinya kurasa, semua baik-baik saja, tapi ternyata diri ini tak sebaik yang kusangka, sebelumnya…

Kian hari, ku perhatikan diri ini lekat-lekat. Satu demi satu, kutemukan celah-celah itu. Sebagian telah terisi, tak sedikit yang berisi kekeliruan. “mengapa baru kusadari?”

Setelah itu, apakah timbul sesal?

“tidak!”

Justru, dengan itu semua, akhirnya aku memahami apa itu proses pendewasaan diri.

Justru, dengan itu semua, akan lahir aku yang lebih baik lagi.

Justru, dengan itu semua, aku bersyukur. Mungkin inilah titik balik untukku, merubahnya semampuku, selagi ku diberi-Nya waktu.

Semua ini terasa seperti bebatuan, aku tersandung olehnya kemudian terperosok, lalu timbul luka menganga yang begitu perih. Tapi Ya Rabb, tiap kali perih itu kurasakan, saat itu pula tiap sujudku terasa begitu lekat, nyaman dan syahdu. Deru-derai air mata yang menetes, terasa seperti butir-butir kesejukan melunakkan hati yang kian membeku. Jika memang begitu cara-Mu mencintaiku, aku rela sebanyak apapun luka itu menimpaku. Tapi, jika itu semua adalah teguran dari-Mu karena ke-alfa-an ku. Jangan timbulkan dalam diri ini, selain rasa jera dan rasa cinta yang kian mendalam kepada-Mu. “Ya Rabb yang Maha Pemurah, ampunilah aku, lindungilah aku dari keburukan perbuatanku….”

            

Sedikit evaluasi, seputar "Konsistensi"

satu hal yang cukup penting dan sampai saat ini belum kupunya adalah konsistensi..
ya, cukup dengan melihat blog ini, kalianpun akan tau, sedikit komitmen untuk rutin "melaporkan" hal-hal apa saja yang sudah kulalui dan kudapat secara rutin. tapi nyatanya? coba lihat. rentang waktu terakhir memposting dengan postingan sebelumnya. 

hmm, for your information.. sebenarnya ada beberapa tulisan yang kubuat, tapi karena berisi curhatan yang agak pribadi, akhirnya ku urungkan niat mempost-nya disini. cukup kujadikan arsip di laptop saja. :)
jangankan diblog, akupun juga menetapkan akan rutin membuat reminder, berhubung ingatan yang kinerjanya senin-kamis ini (lebih karena kebiasaan sih hihi), terkadang satu-dua hal terlewatkan jika tidak di list dulu. tapi realitanya? hmm, buku saku-pun lebih sering tertinggal dimana-mana.

Yang paling fatal adalah ketika menetapkan suatu tujuan pada beberapa kali kesempatan, dalam membuat target kuliah misalnya. Karena terlalu disibukkan dengan kegiatan harian, hingga lupa me-maintenance target tersebut. dan eng ing eng...  dua semester terlewati dengan target yang terabaikan. bahaya bukaaan?

Geregetan ya? memang, apalagi yang mengalaminya sendiri hehe
Tapi, bukan Annisa namanya kalau tidak mau terus memperbaiki diri! (eits, bukan maksud sombong kok, hanya sekedar memotivasi diri ;) )  

Tentu bukan hanya aku yang mengalami hal ini, tapi jangan khawatir, bagi kalian yang juga mengidap penyakit ini, se"kronis" apapun pasti bisa disembuhkan kok! ini hanya akibat dari faktor pembiasaan, yakan? 

Dan tau ngga?
.....
Di antara keunggulan suatu amalan dari amalan lainnya adalah amalan yang rutin (kontinu) dilakukan. Amalan yang kontinu –walaupun sedikit- itu akan mengungguli amalan yang tidak rutin –meskipun jumlahnya banyak-. Amalan inilah yang lebih dicintai oleh Allah Ta’ala. Di antara dasar dari hal ini adalah dalil-dalil berikut.
Dari ’Aisyah –radhiyallahu ’anha-, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” ’Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya. (1)
Dari ’Aisyah, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah. Rasul shallallahu ’alaihi wa sallam menjawab,

أَدْوَمُهُ وَإِنْ قَلَّ

Amalan yang rutin (kontinu), walaupun sedikit.”(2)
...
Nah untuk sekedar sharing, sedikit cara-cara yang bakal aku lakukan. insya Allah bisa membantu.
coba deh, 
1.  tempelin reminder gede-gede ditempat-tempat yang biasa kamu singgahin, atau tempat dimana kamu suka menghabiskan waktu disana. misalnya, didepan laptop (di jadiin background dekstop juga gapapa, biar gede!), dimeja belajar, dipintu masuk kamar, dsb. 

2. buat reminder dengan kalimat yang sedikit profokatif. misal: "BELUM TAHAJJUD? GAK KEREN!" , "SUDAH BERAPA HALAMAN BUKU YANG KAMU BACA HARI INI?" atau "SUDAH NGAJI BELUM HARI INI? BELUM? HATI-HATI DITEMENIN SETAN"

Yuk, sama-sama berbenah diri. semoga bermanfaat. :)
(1) HR. Muslim no. 783, Kitab shalat para musafir dan qasharnya, Bab Keutamaan amalan shalat malam yang kontinu dan amalan lainnya.
(2) HR. Muslim no. 782

referensi: http://rumaysho.com/





Senin, 11 Juni 2012

Rajutan Ukhuwah




Hubungan kami seperti rajutan kain
Ia yang mulai membuat ikatannya, bukanlah aku
Karena dahulu aku hanya sehelai benang
yang ragu pada siapa ku akan berpilin
Ia kemudian meliuk-liuk membuat rajutan yang indah
Aku masih menjadi benang yang terdiam
Sesekali merajut walau enggan
Namun Ia tetap sabar dan terus merajutkan dirinya kepadaku
Setelah sekian lama, aku tersadar kan indahnya rajutan itu
Akupun turut merajut bersamanya
Kami berkolaborasi membuat pola yang menawan
Kali ini, jika ia lelah dan menghentikan rajutannya
Akulah yang kemudian terus merajut dan merajut
Terkadang pilinanya kusut….tapi tak membuatnya menjadi tak indah
Rajutan kami yang terjalin nan mempesona, itulah jalinan cinta karena-Nya

 
*for my beloved sista

Senin, 16 Januari 2012

M.A.L.A.S

Bila kita telaah lebih jauh, sebenarnya rasa malas situ bukan berasal dari kita, tapi berasal dari godaan syetan kepada manusia. Tujuannya agar manusia jauh dari kesuksesan, sehingga jika orang tidak sukses, maka akan mudah mengalami frustasi, stress, galau dan akhirnya puncaknya melakukan kemaksiatan paling bodoh yaitu bunuh diri, Na’udzubillah.

Kalau kita perhatikan apabila melihat (maaf) mereka yang berprofesi sebagai kuli atau tukang becak, sesungguhnya dalam diri mereka pastilah bukan profesi itu yang mereka inginkan. Tapi kenapa mereka menjadi seperti itu, maka lihat lah masa lalu mereka, kemungkinan mereka menghabiskan masa lalu mereka dengan bermalas-malasan.

Seorang ahli Matematika Phytagoras berpesan untuk kita semua, “Wahai anak muda, jika engkau tidak sanggup menahan lelahnya belajar, engkau harus menanggung pahitnya kebodohan.”

Jika hari ini malas belajar, maka tetaplah belajar namun dengan frekuensi yang lebih sedikit, dan “Janganlah belajar menunggu semangat, tapi belajarlah maka kalian akan semangat” seorang penulis novel yang berhasil menulis ratusan halaman, mereka menulis tidak menunggu inspirasi, tapi mereka tetap menulis walaupun inspirasi belum muncul, karena inspirasi akan muncul selama proses dan perjalanan bukan diawal.

“Allahuma inni a’udzubika minal hamni wal hazan, wa udzubika minal jubni wal Buhl, wa’udzubika min gholabatiddhaini wa khorririjaal”, “wahai Allah Sungguh Aku Berlindung pada Mu dari Gundah dan Sedih, juga dari Lemah dan Malas, dan dari Kikir dan penakut, dan dari himpitan utang dan penindasan orang lain” (Shahih Bukhari).


Menghancurkan Rasa Malas. oleh: Kesha Meisatu

Jumat, 06 Januari 2012

Ada apa dalam beberapa bulan terakhir?

semester 1... tak terasa, sudah terlewati

mengawali tahun baru dengan uas

hmm...... *tersenyum simpul

fiuhhh.... *menghembuskan nafas lirih


tunggu sampai waktunya ya ^^
hehe

Buah hatiku mujahidku...

dakwatuna.com – Pagi yang cerah, namun wanita berjilbab hijau muda itu tampak semakin gelisah. Sudah 3 hari berselang dan ia sama sekali tidak bisa sedikit pun memejamkan matanya meskipun kelelahan telah meliputi tubuhnya yang telah ringkih dan melemah. Beberapa saat lagi, ya, beberapa saat lagi seseorang yang ia tunggu-tunggu akan hadir, belahan jiwanya, darah dagingnya. Malam itu sang dokter telah berkata bahwa bayi di dalam kandungannya akan segera terlahir ke dunia. Beribu-ribu perasaan bercampur aduk di dalam dadanya. Antara senang, cemas, khawatir, semuanya bergemuruh di dalam hatinya. Seorang anak laki-laki yang telah ia tunggu-tunggu kehadirannya. Lebih dari 6 tahun ia menunggu kehadiran buah hatinya itu. Setelah anak pertamanya lebih Allah sayangi dan harus menghadap-Nya terlebih dahulu.

Mentari sudah semakin turun, menuju peraduannya di sini namun muncul bersinar di belahan bumi lainnya. Dokter kandungan itu telah mengisyaratkan sang ibu untuk tetap beristirahat di ruangan. Namun entah mengapa ia tidak mampu menahan keinginannya untuk berada di luar. Meskipun dokter sudah mengatakan bahwa bayinya akan lahir 5-6 jam lagi namun hingga detik ini ia sama sekali tidak merasakan apapun. Setelah selesai melaksanakan shalat Ashar berdua dengan suaminya, maka ia putuskan untuk berjalan keluar bersama suaminya. Mereka berjalan menuju taman rumah bersalin itu. Saat itu musim gugur, suhu di luar cukup bisa membuat gigi bergemeletak jika tidak mengenakan jaket tebal dan baju berlapis-lapis. Awan saling bertindih dan mengisyaratkan bahwa tak lama lagi salju akan menyambut setiap manusia di belahan bumi kota itu.

Sudah 2 minggu ini ia tinggalkan segala aktivitas kesehariannya sebagairesearcher di sebuah universitas ternama di Leeds, UK. Sadhia, begitulah ia biasa dipanggil oleh rekan sejawatnya. Seorang wanita campuran Jawa-Manado yang telah menghabiskan waktunya untuk menciptakan inovasi-inovasi dan karya-karya hebat bagi kemajuan kehidupan perempuan muslim. Berkali-kali ia terlibat di dalam NGO (Non-Government Organization) Muslimah Internasional yang memperjuangkan hak-hak para wanita muslim di berbagai belahan dunia. Dialah yang berjuang dengan penuh semangat agar wanita dengan hijab dapat diterima tanpa diskriminasi, termasuk di Inggris ini. Disertasi yang sedang ia susun kali ini memang tidak jauh dari pemberdayaan perempuan muslim di Inggris. Sadhia, dia pulalah yang banyak memberikan masukan kepada Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia ketika kabinet itu baru berdiri. Ide-ide brilian dan semangat yang tak kunjung padam selalu memancar dari mata muslimah ini.

Syarif, suaminya, ia pun menimba ilmu bersama dengan istrinya di kampus yang sama. Beberapa bulan yang lalu baru saja ia berhasil mempertahankan disertasi di hadapan para professor dan meraih gelar Doktor di bidang biomedik dengan predikat “sempurna”. Dengan pertimbangan masa studi istrinya yang masih memakan waktu satu tahun lagi, akhirnya ia putuskan untuk mengambil tawaranpost doctoral dari kampus. Kesempatan itu ia manfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk meningkatkan kualitas risetnya terutama untuk diaplikasikan di Indonesia.

Segala sesuatunya nyaris sempurna untuk keluarga ini, namun sayang, Allah belum berkenan memberi rezeki yang sudah menjadi penantian bagi setiap pasangan, yaitu buah hati. Desember, enam tahun lalu adalah saat yang sangat memilukan untuk mereka. Putri pertama mereka terpaksa harus dikeluarkan melalui proses caesar karena ternyata plasenta sang ibu menutupi jalan lahir. Saat itu belum tepat 37 minggu masa kehamilannya. Keheningan terjadi ketika bayi itu berhasil dikeluarkan. Tidak ada suara tangis yang memecah, tidak pula gerakan sedikit pun dari makhluk mungil yang terlihat sedikit pucat itu. Degup jantung bayi itu lemah, namun degup jantung ayah dan ibunya mendebat sangat cepat. Tim medis dengan cergas melakukan penanganan untuk bayi itu. Makhluk mungil itu diletakkan di dalam inkubator untuk menghangatkan dan membuat bayi itu merasa nyaman. Namun, Allah berkehendak lain, selang 15 menit kemudian bayi itu tak lagi berdegup dan ia hembuskan nafasnya yang terakhir. Ia pergi meninggalkan kedua orang tuanya, kembali ke surga yang hijau yang dipenuhi taman dan buah-buahan.

Ledakan tangis tak terbendung dari diri Sadhia. Tangis yang sangat manusiawi dari seorang ibu ketika penantiannya akan sang buah hati berujung kepada keguguran yang begitu memilukan. Syarif hanya bisa menenangkan istrinya namun tak pula kuasa menahan air mata yang begitu deras mengalir membasahi jenggot yang tumbuh rapi di dagunya.

“Sabar umi, sabar, insya Allah putri kita sedang berlari-lari di surga dan akan senantiasa bersabar menanti kita untuk menjemputnya, bersenda gurau bersamanya di surga kelak”, ucap Syarif menenangkan istrinya.

Namun Sadhia masih menangis terisak-isak sembari berusaha menguatkan tubuhnya yang lemah, terlebih-lebih jiwanya. Dokter dan tim medis lainnya begitu sedih melihat kenyataan ini. Sepasang kekasih yang sangat dekat dengan Allah, yang hidup mereka sepenuhnya dibaktikan untuk umat harus menerima cobaan yang dahsyat luar biasa. Betapa mereka merasa semakin kerdil dan hinanya di hadapan Allah. Ilmu mereka tak pernah sebanding dengan kuasa dan kehendak Dzat yang menggenggam semesta alam.

Setelah diteliti lebih mendalam ternyata penyebab keguguran Sadhia adalah kelelahan yang terakumulasi sehingga melemahkan tubuhnya dan janinnya. Meskipun dokter sudah berkali-kali mengingatkannya untuk tidak memaksakan diri beraktivitas yang berlebihan namun Sadhia tetap bersikeras untuk bekerja keras. “Demi kepentingan umat”, ucapnya singkat diiringi senyum tipis di wajahnya kala itu ketika ia menjelaskan alasannya kepada dokter kandungannya.

Beberapa saat setelah peristiwa memilukan itu, ternyata Allah memberikan rezeki dalam bentuk lain. Sepasang kekasih itu diterima untuk menjadi Ph.D candidatedi sebuah universitas di Leeds, UK. Usulan riset mereka begitu menjanjikan bagi para assessor universitas.

“Mohon lakukan terapi pasca kehamilan dan saya harap Anda dapat mengurangi aktivitas Anda. Jika tidak, akan sangat sulit bagi Anda untuk melahirkan bahkan untuk hamil kembali. Pak Syarif, tolong ingatkan dan jaga ibu supaya mampu menahan diri”, begitu nasihat dokter kandungan Sadhia kepada ia dan suaminya sebelum mereka terbang ke Leeds.

Semester kedua dan ketiga masa Ph.D-nya, Sadhia mengajukan cuti kepada pihak universitas terkait program rehabilitasinya. Disebabkan performance riset yang sangat memuaskan, pihak universitas memberikan izin cuti padanya dan bahkan tetap memberikan 3/4 dari jumlah beasiswa per semesternya. Tiada lagi yang dapat mereka ucapkan selain lantunan syukur kepada Allah Ta’ala. Cinta dan ketenangan semakin berkembang indah dalam pribadi keluarga itu dibalut dengan ketundukan dan ketakwaan kepada Sang Pemilik Cinta.

***

“Yuk, masuk ke dalam, Mi, udah masuk Maghrib”, panggilan sang suami membuyarkan segala lamunan masa lalu Sadhia. Sadhia menoleh dan memberikan senyum hangat kepada suaminya, seorang pria yang begitu tegar dan sabar, yang selalu menguatkannya di titik terlemah keterpurukannya. Bagi Syarif, senyum itu menghangatkan dunianya, meskipun udara saat itu menembus suhu 4 derajat Celcius.

Selepas menunaikan shalat berjamaah dengan istrinya di sebuah ruang kosong rumah sakit yang tidak terpakai, Sadhia merasakan kontraksi yang begitu hebat dari rahimnya.

“Abi, kontraksinya semakin hebat, Umi rasa ini sudah waktunya”, ucap Sadhia sembari meringis mencoba menahan rasa sakit yang tiba-tiba timbul itu.

“Subhanallah, Abi panggilkan dokter dan kita segera ke ruangan bersalin”, jawab suaminya.

Sadhia terbaring lemah di atas dipan di ruang bersalin rumah sakit itu. Syarif berusaha menyembunyikan kecemasan dari wajahnya. Pengalaman pahit enam tahun lalu tiba-tiba kembali berkelebat dalam pikiran mereka.

“Bi, Umi takut”, ucap Sadhia lemah, sembari menggenggam ujung kemeja suaminya.

“Tenang, Mi, perbanyak istighfar, insya Allah, Allah selalu siapkan yang terbaik untuk hamba-hamba-Nya”, jawab Syarif sembari menggenggam erat jemari istri tercintanya.

Sang dokter yang telah mengetahui cerita mereka pun terlarut dalam atmosfer yang begitu mengharu biru.

“Please stay calm and do like your prenatal exercise, ma’am. I know you can do it, let’s do our best!” ucap dokter wanita paruh baya itu yang telah menemani mereka beberapa bulan ke belakang, bahkan ia begitu perhatian layaknya seorang ibu kepada anak wanitanya.

“I’ll do my best, Bismillah”, ucap Sadhia lirih.

Kontraksi semakin terasa begitu kuat, rasa sakit pun semakin memuncak. Pertanda bukaan terakhir telah terjadi di rahim Sadhia.

“Hirup, hempaskan, hirup, hempaskan, dan tetaplah tenang”, begitu ucap dokter itu menguatkan dan menenangkan Sadhia.

Genggaman tangan Sadhia terasa semakin kuat di tangan suaminya. Syarif membungkuk dan berbisik, “berjuanglah, Umi”.

Saat kontraksi sudah terasa begitu hebatnya dan sang bayi sudah terasa akan keluar, Sadhia mengejang semakin kuat.

“Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar”, kalimat yang senantiasa Sadhia ucapkan seiring dengan kekuatan yang meluruh dalam tiap detiknya.

Dorongan ketiga, dan akhirnya, suara tangis bayi meledak memecah keheningan malam yang dingin itu. Salju terlihat turun dengan lembutnya mengantar kehadiran bayi mungil yang menjadi penantian kedua orang tuanya.

“Alhamdulillah”, bisik Sadhia dan kali ini genggaman tangannya melemah.

“Subhanallah, Maha Suci Allah, kamu berhasil, Umi”, bisik Syarif sembari mengecup kening istrinya yang penuh dengan peluh.

Setelah dibersihkan dan diselimuti oleh tim medis, Syarif mengumandangkan adzan dan iqamah bergantian di telinga kanan dan kiri makhluk suci itu. Lantunan adzan dan suasana yang begitu mengharukan itu membuat air mata menetes di pipi dokter wanita itu, meskipun ia masih belum mengerti mengapa ia teteskan air mata.

“Ya Allah, dialah mujahidku, aku serahkan hidup dan matinya di tangan-Mu. Biarkan ia hidup di jalan dakwah, berikan ia kekuatan untuk memanggul amanah, serta izinkan ia wafat saat mengibarkan panji-panji agama-Mu dan menyebarkan kalimat tauhid atas-Mu”, doa Syarif sembari mengangkat tinggi anak laki-lakinya itu.

Senyum merekah indah di wajah Sadhia. Penantian yang penuh cobaan, deraan, dan kesulitan seketika sirna dengan cahaya yang Allah turunkan untuknya berupa seorang bayi mungil yang wajahnya begitu mempesona.

“Demi Zat yang menggenggam jiwa ini, Ia selalu mampu luluhkan hati dalam balutan kepasrahan dan kesabaran”, ucapnya lirih.



Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/01/17712/buah-hatiku-mujahidku/#ixzz1ikevjk78


setelah sempat menitihkan air mata baca tulisan ini, terus liat hastag-nya diatas.

hmmm ternyata cuma cerpen... ^^


ya Allah, sosok yang menghangatkan dan penuh kasih sayang itu hanya segelintir wujud nyata kasih sayang-Mu kepada kami.. lindungilah dia, berkahilah dia... berikan ia kedudukan terindah diakhiratmu kelak.. amiin :')

#meski hari ibu sudah berlalu